Cerpen - Tuturmu Cahaya Pikiranmu

Tuturmu Cahaya Pikiranmu


Gadis itu bernama Zhafirah. Dengan mengenakan kemeja biru muda yang ia padankan dengan kerudung segi empat bermotif sederhana namun tetap memberikan kesan elegan. Hal yang menjadi ciri khas diantara peserta lainnya adalah sarung yang ia kenakan. Gaya berpakaian ala santri yang semakin menambah keanggunan dirinya sebagai muslimah yang telah lama menjalani kehidupan sebagai santri putri di salah satu pondok pesantren di sudut Kota Salatiga.

Langkahnya terlihat tegap namun tetap mengisyaratkan kesantunan. Ajaran ta’dim yang sudah mendarah daging dalam jiwanya sebagai santri yang harus tetap memiliki kerendahan hati diantara segala prestasi yang telah ia raih selama ini. Coba tanyakan?, siapa yang tidak mengenal sosok Zhafirah Alfatunnisa. Gadis belia yang sudah dikenal kecerdasannya, baik di dunia pendidikan formal yaitu perkuliahannya juga terkenal di dunia pendidikan informal, pondok pesantrennya. Memang, tidak seluruh Indonesia mengenalnya, namun hal yang luar biasa adalah ia telah memberikan kontribusinya dalam ruang lingkupnya. Dimulai dari hal sederhana yang ia berikan dengan segala kesungguhannya.

Zhafirah Alfatunnisa. Tak akan habis cerita tentang ia. Santriwati yang telah teruji kualitas dirinya, bagaimana ia bisa menyeimbangkan antara perkuliahan dan juga pondok pesantrennya. Gadis yang bahkan dalam diamnya telah mampu memberikan motivasi bagi orang lain, tutur kata yang santun, pengucapan yang lugas, namun tetap tegas mencerminkan pikirannya yang cerdas.

Gedung pertemuan itu sudah semakin ramai. Hari ini, tepat hari ini, Zhafirah kembali memberikan kontribusinya untuk negeri. Perhelatan acara Debat Terbuka tingkat Kota Salatiga yang diikuti oleh seluruh santri pondok pesantren se-Kota Salatiga. Zhafirah, kembali menjadi pilihan dari seluruh rekan-rekannya di pesantren dan juga telah diberikan izin oleh pihak ndalem. Ridho Kyai yang telah mendidik hatinya untuk mampu berdiri dengan segala pengetahuan yang dimilikinya saat ini. Kyai yang selalu memberikan motivasi dengan wejangan yang sederhana namun sangat mengena. Dalam beberapa kesempatan, Kyai sering meyampaikan wejangan yang menjadi salah satu landasannya dalam mengambil sikap.

‘’Santri-santriku, perlu kalian ingat, hidup adalah sifat, yang dengan sifat itu sesuatu akan bermakna.’’

Wejangan itu pula yang disampaikan Kyai saat ia sowan ke ndalem untuk memohon restu ketika akan berpartispasi dalam acara ini.

‘’Semangat nggih, Nduk. Kamu perempuan yang cerdas, Kyai sudah tidak meragukan kamu lagi. Lakukan semampu kamu, sampaikan apa yang kamu tahu. Apa yang kamu sampaikan akan mengena meski sederhana. Karena apa gunanya menjadi luar biasa bila tak memberi manfaat bagi sesama.’’

Semangat dari Kyailah yang menjadikannya semakin mantap dalam melangkah. Memantapkan diri dalam bertindak setelah mengambil keputusan yang semoga tidak salah arah.

Matahari telah mengabarkan hangat, menerangi dunia dengan memberikan cerah semangat. Acara dimulai. Ruangan hening. Para peserta terlihat antusias dalam mengikuti acara itu. Bertemakan ‘’Pendidikanku Kini, Bangsaku Nanti’’ memberikan semangat berkobar bagi seluruh yang ada dalam ruangan itu. 

Indonesia dengan hampir 200 juta manusia didalamnya, dengan sistem pendidikan yang telah diatur sedemikian rupa, anggaran pendidikan yang bahkan telah diatur dalam undang-undang dengan jelas tertera, tentu saja telah menjanjikan suatu kepastian akan kualitas luar biasa bagi para penerus bangsa di negeri ini. Lalu, seolah sudah menjadi rahasia umum bahwa di negara ini sistem pendidikan dianggap masih kurang memadai, fasilitas tidak mencukupi, bahkan bagaimana kabar para penerus bangsa yang ada di pelosok negeri. Terlebih siapakah yang harus disalahkan atas segala tidak tertaan ini?.

‘’Indonesia. Negara yang sangat luar biasa. Bukankah demikian?. Cobalah, kepalkan tangan kanan kita, letakkan dalam dada. Betapa Sang Kuasa telah memberikan kehidupan yang sangat sudah seharusnya kita syukuri. Udara yang tak pernah kurang sehembusanpun, aktivitas yang bisa kita lakukan tanpa kekhawatiran sedikitpun. Indonesia, negeri gemah ripah loh jinawi. Bukan hanya tentang sumber daya alamnya saja. Namun juga sumber daya manusianya. Kita, saya, dan hadirin sekalian adalah bukti betapa Sang Kuasa telah memberikan kebesaran-Nya atas negeri ini. Sejenak kita rasakan segala pemberian yang telah dianugerahkan dalam setiap utuh dalam tubuh kita. Kaki yang bisa melangkah lebih dari yang kita duga. Tangan yang bisa berbuat lebih dari yang kita sangka. Mata yang bisa menatap lebih jauh dari zona yang ada di sekitar kita. Lalu apa, apa gunanya itu semua. Apa guna kaki bila kita tidak berjalan, apa guna mata bila tak menatap masa depan, apa guna mimpi bila kita tak melangkah, apa guna kesempatan bila kita tak mengambil celah.’’

‘’Pendidikanku kini bangsaku nanti, yang telah kita sadari bahwa kita adalah generasi emas bangsa ini, wajah negara ini ada pada pemikiran yang kita miliki saat ini. Cinta tanah air adalah sebagian dai iman. Seutuh apa iman kita menjadi cerminan bagaimana kita berkontribusi untuk membuktikan cinta kita terhadap NKRI. Katanya, NKRI ADALAH HARGA MATI. Lalu apa yang menjadi bukti?, rebahan setiap hari. Tidak, tidak berarti apapun bahkan untuk kita sendiri.’’

‘’Maka dari itulah, mari diawali dari diri sendiri, dimulai dari hal kecil kita setiap hari. Bermimpi setinggi langit, bermimpi setinggi mungkin untuk negeri ini. Memberikan kontribusi untuk memberikan perubahan untuk negeri ini. Pendidikanku kini bangsaku nanti. Bagaimana kita memaknai setiap perjalanan lelah dalam setiap proses kita saat ini adalah yang akan memberikan hal yang luar biasa di masa depan nanti. Dimulai dari diri sendiri lalu akan memberikan kontribusi untuk lingkungan sekitar. Terus tanamkan jiwa muda dalam diri kita, agar kita tetap semangat dalam meraih segala yang menjadikan kita memberi makna akan apa. Karena kita adalah hasil pemikiran kita. Tindakan kita adalah cerminan pemikiran kita. Dan setiap ucapan kita akan tercermin dalam setiap seri wajah kita.’’ 

‘’Hidup adalah sifat , yang dengan sifat  itu sesuatu akan bermakna.’’

Begitulah, Zhafirah menyampaikan dengan lugas apa yang ada dalam benaknya. Membuka setiap pikiran yang hadir untuk lebih bersemangat memaknai kehidupan  juga bersungguh-sungguh dalam mengambil setiap tindakan. Karena hidup akan dimintai pertanggungjawaban.

Zhafirah mengamati foto itu dengan lekat. Foto saat ia mengikuti acara Debat Terbuka beberapa tahun lalu. Kembali menyadarkan ia akan pentingnya makna bahasa juga adab dalam berbicara. Apa yang kita lihat, apa yang kita baca, apa yang kita dengar akan memberikan kesan dalam memori. Memberikan output berupa tutur kata yang bisa menyambungkan segala inspirasi.

Dari mana kita berasal, dimana kita tumbuh, bersama siapa kita berkembang, Sang Kuasa telah menakdirkan manusia sebagai seorang hamba juga khalifah yang bertindak di alam semesta. Menebarkan kebaikan untuk setiap makhluk yang ada di semesta. Bahasa menjadi salah satu sarana untuk menyampaikannya. Tutur kata menjadi cerminan kecerdasan kita sebagai manusia untuk semesta.

Hidup adalah sifat, yang dengan sifat itu sesuatu akan bermakna.


-1st Appreciation of LOMBA MENULIS CERPEN

Tema: Peran Santri dalam Melestarikan Bahasa

Dalam Rangka Ikut Berpartisipasi Memeriahkan Bulan Bahasa 2020

Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al-Falah Salatiga

Komplek E

Komentar

Postingan Populer