Bagaimana Idealnya Orang Tua dalam Mengoptimalkan Bakat Anak di Masa Pandemi?

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, bakat merupakan dasar “kepandaian, sifat, dan pembawaan” yang dibawa sejak lahir. Jadi, setiap anak yang terlahir ke dunia telah memiliki bakat bawaan yang berbeda-beda. Seperti halnya dengan pendapat Crow, menurut Crow bakat merupakan kualitas dalam diri manusia yang memiliki tingkatan beragam dan berbeda.

Yang mana bakat merupakan sesuatu yang bisa dikembangkan. Menurut Brigham “Suryabrata 1995”, memaparkan bahwa bakat merupakan suatu titik berat yang telah di miliki oleh setiap individu yang telah di dapatkan dari latihan dari segi kinerja atau performanya.

Ketika membahas mengenai bakat, yang harus dipahami oleh setiap orang adalah bahwa dalam setiap pribadi individu terdapat multiple intelligence. 

Teori Multipple Intelligences (MI) adalah sebuah teori kecerdasan yang dimunculkan oleh Dr. Howard Gardner, seorang psikolog dari Project Zero Harvard University pada 1983. Hal yang menarik pada teori kecerdasan ini adalah terdapat usaha untuk melakukan Redefinisi Kecerdasan. Sebelum muncul teori multiple intelligence, teori kecerdasan lebih cenderung diartikan secara sempit. Kecerdasan seseorang lebih banyak ditentukan oleh kemampuannya menyelesaikan serangkaian tes psikologis, kemudian hasil tes diubah menjadi angka standar kecerdasan. 

Namun, dalam multiple intelligence kita akan mengerti, bahwa kecerdasan setiap anak itu berbeda-beda. Yang mana teori ini berisi tentang beberapa kecerdasan, antara lain. 

1. Kecerdasan bahasa/linguistik

Yaitu kemampuan individu dalam mengolah kata, dan bagaimana ia berkomunikasi dengan individu lainnya. 

2. Kecerdasan gambar/visual

Yaitu kemampuan individu untuk menuangkan imajinasi dalam bentuk gambar. Kemampuan ini juga bisa dinilai dari bagaimana individu bisa mengingat memori visual lebih kuat. 

3. Kecerdasan musical

Yaitu kemampuan individu dalam menuangkan karsa dalam nada-nada musik. 

4. Kecerdasan tubuh

Yaitu kemampuan individu dalam mengolah gerak tubuh. Hal ini biasanya dimiliki oleh para atlet. 

5. Kecerdasan sosial

Yaitu kemampuan individu dalam berinteraksi dengan orang lain. Termasuk juga dalam hal ini adalah kemampuan individu dalam mengatur emosinya dalam berhubungan dengan orang lain. 

6. Kecerdasan diri

Yaitu kemampuan individu dalam memahami diri sendiri. Juga bagaimana ia mengapresiasi dirinya. Sadar bahwa dirinya berharga. 

7. Kecerdasan alam

Yaitu kemampuan individu untuk berinteraksi dengan alam. Bagaimana ia paham menempatkan pribadinya sebagai manusia yang harus menjaga alam. 

Dari semua kecerdasan di atas, tidak semua anak memiliki semua kecerdasan itu. Namun dalam setiap individu ada semua kecerdasan di atas, hanya saja dalam persentase yang berbeda. 

Maka dari itu, setiap orang tua harus mengenali potensi lebih menonjol yang dimiliki anaknya. Dengan begitu, orang tua mampu mendukung anak dalam proses perkembangan sesuai dengan potensi yang dimiliki. 

Hal yang sangat berbahaya adalah ketika orang tua tidak memahami kecenderungan yang dimiliki anaknya. Karena pada beberapa kasus, banyak orang tua yang memaksakan kehendaknya tanpa memperhatikan yang menjadi keinginan anaknya.

Di sisi lain, orang tua juga harus menyadari bahwa setiap anak memiliki potensi yang berbeda-beda. Tidak bisa memaksakan untuk sama dengan yang lainnya. Seperti yang sudah disampaikan oleh Albert Einstein, bahwa setiap anak itu cerdas, tapi jika kita menilai kepintaran ikan dari caranya memanjat pohon tentu saja itu tidak adil. 

Dengan memahami konsep itu, maka orang tua akan lebih bijaksana dalam menentukan langkah yang harus di ambil untuk membantu proses perkembangan anak. 

Hal-hal yang bisa dilakukan orang tua untuk membantu proses pengoptimalan potensi anaknya antara lain. 

1. Mengenali potensi anak terlebih dahulu. 

2. Mengembangkan potensi yang menonjol yang tampak pada anak. 

3. Menambah komunikasi dengan anak. Dengan sering bertukar pikiran, akan menambah keterbukaan bagi anak. Sehingga anak akan mempunyai tempat bersandar dalam menceritakan apa saja yang menjadi keluh kesahnya, ataupun impiannya. 

Secara dasar, beberapa hal di atas sangat membantu untuk setiap anak dalam proses perkembangannya. Namun dimasa pandemi, perubahan sistem pendidikan yang mulanya offline menjadi online memberikan pengaruh yang signifikan bagi anak.

Maka, dengan sistem belajar dirumah orang tua memiliki lebih banyak waktu dalam menemani proses perkembangan anak. Maka dari itu, di dalam masa pandemi ini, orang tua hendaknya mendampingi anak sesuai dengan potensinya.


Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer